Lingkungan Fisik Rumah dan Kejadian Tuberkulosis paru di Indonesia

Abstract

The environment is one of the risk factors that influence the incidence of pulmonary tuberculosis in Indonesia. The purpose of this article is to determine the relationship between the risk factors of the physical home environment and the incidence of pulmonary tuberculosis in Indonesia. The method used in writing this article is a literature review. This study uses the Google Scholar search engine. The period of the article is from 2014 to 2020 with the keywords "pulmonary tuberculosis", "physical home environment", and "Indonesia". Based on a literature review conducted on 13 articles, houses with lighting <60 Lux, ventilation area <10% of floor area and rarely opened, high humidity, air temperature >30^oC, roof quality that does not meet requirements, types of walls that are not permanent and does not meet the requirements, and the distance of the walls made of wood <75 cm from the ground surface, the floor is not impermeable to water and dirty, occupancy density <8 m2/person, has a greater risk of developing pulmonary tuberculosis. Furthermore, it was concluded that lighting, ventilation, humidity, temperature, roof, walls, floors and occupancy density that did not meet the requirements were a risk for pulmonary tuberculosis.

Keywords: pulmonary tuberculosis; the physical environment of the house; Indonesia

ABSTRAK

Lingkungan merupakan merupakan salah satu faktor risiko yang mempengaruhi kejadian penyakit tuberkulosis paru di Indonesia. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko lingkungan fisik rumah dengan kejadian tuberkulosis paru di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah literature review. Studi ini menggunakan mesin pencari Google Scholar. Periode artikel adalah tahun 2014 sampai 2020 dengan kata kunci “tuberkulosis paru”, “lingkungan fisik rumah”, dan “Indonesia”. Berdasarkan tinjauan literatur yang dilakukan terhadap 13 artikel, rumah dengan pencahayaan <60 Lux, luas ventilasi <10% dari luas lantai dan jarang dibuka, kelembaban yang tinggi, suhu udara >30^oC, kualitas atap yang tidak memenuhi syarat, jenis dinding yang tidak permanen dan tidak memenuhi syarat, serta jarak dinding berbahan kayu <75 cm dari permukaan tanah, lantai tidak kedap air dan kotor, kepadatan hunian <8 m²/orang, berisiko lebih besar untuk terjadinya tuberkulosis paru. Selanjutnya disimpulkan bahwa pencahayaan, ventilasi, kelembaban, suhu, atap, dinding, lantai dan kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat menjadi risiko untuk terjadinya tuberkulosis paru.

Kata kunci: tuberkulosis paru; lingkungan fisik rumah; Indonesia