Perilaku Kesehatan Ibu Nifas dalam Perspektif Budaya Jawa di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air Joman
Abstract
Perawatan masa nifas dalam perspektif budaya Jawa dikenal dengan sebutan Selapan yang dilakukan selama 35-40 hari setelah melahirkan. Sebagian besar persalinan memiliki kemungkinan sekitar 15-20% akan mengalami gangguan atau komplikasi. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui praktik budaya yang dilakukan masyarakat Jawa di Kelurahan Binjai Serbangan dalam upaya menjaga kesehatan ibu nifas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomelogi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan diuji dengan traingulasi untuk pengecekkan data. Informan penelitian ini adalah 5 ibu nifas, 3 dukun beranak, 2 bidan, dan 1 tokoh masyarakat. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2020 sampai dengan Agustus 2021. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Jawa di Kelurahan Binjai Serbangan masih melakukan praktik budaya dalam perawatan ibu nifas, dikenal berbagai istilah seperti pilis, parem, pijet, stagenan, gurita, duduk senden, meminum jamu, walikdadah, pantang makan, dan berbagai ritual yang dipercaya akan melindungi bayi dan ibu nifas. Budaya tersebut memiliki berbagai dampak yaitu dampak positif seperti merelaksasi atau menghangatkan tubuh, dan melancarkan peredaran darah ibu pasca persalinan. Dampak negatif pada praktik stagenan, walikdadah, dan gurita menyebabkan pendarahan, kontraksi rahim dan ketidaknyamanan pada ibu nifas. Sehingga masyarakat perlu memilih budaya yang boleh dilakukan dan tidak perlu dilakukan. Disarankan pada masyarakat untuk melakukan alternatif pemeliharaan kesehatan yang dianjurkan oleh medis seperti senam nifas sebagai pengganti stagenan/gurita dan lain sebagainya dan untuk tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan ibu nifas.
Kata kunci : Masa nifas, budaya Jawa, praktik budaya dalam kesehatan
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.